Baca: Kis. 7:30-53
David Wells menulis sebuah buku yang berjudul "No Place for Truth". Secara garis besar buku ini berisi tentang gereja postmodern yang menolak kebenaran Kristen alkitabiah.
Sebetulnya, tidak hanya gereja postmodern yang menolak kebenaran. Sebab, kebenaran sudah tertolak bahkan sejak umat baru terbentuk: mulai dari Musa yang ditolak oleh orang Israel (35, 39), hingga patung anak lembu emas yang dibuat umat untuk disembah (40-43).
Semua ini dikatakan oleh Stefanus untuk menyindir para pemuka agama yang sedang menghakimi Stefanus. Pasalnya, mereka termasuk sebagai orang-orang yang menghalangi kebenaran, bahkan dengan cara ekstrem, yakni membunuh Yesus (52). Stefanus bahkan dengan keras berkata bahwa mereka adalah orang-orang yang keras kepala, keras hati, tuli, dan menentang Roh Kudus (51). Buktinya, Stefanus sampai dibunuh akibat pernyataan kebenarannya (54-60).
Secara rohani, kita hidup dalam dua kutub yang saling berseberangan, yakni kutub kebenaran (Tuhan) dan kutub ketidakbenaran (Iblis). Oleh karena itu, wajar apabila kebenaran selalu dihalang-halangi. Ironisnya, gereja pun bisa menjadi tempat di mana kebenaran ditolak.
Hal ini masuk akal. Pasalnya, Israel yang adalah umat Mslah Tuhan pun menolak Musa dan Tuhan serta memilih untuk menyembah berhala. Para pemuka agama yang seharusnya mengenali Mesias malah menjadi pelaku pembunuhan Yesus Kristus.
Oleh karena itu, sangat mungkin di gerejalah kebenaran itu ditolak dan dihalangi. Kita tidak bisa menutup mata jikalau ada banyak gereja yang lebih menyerupai dunia. Orang-orang datang ke gereja bukan karena merindukan kebenaran, melainkan menyukai pertunjukan di dalam gereja. Meskipun begitu, kebenaran selalu akan menemukan tempat untuk bertumbuh. Jadi, meskipun selalu dihalang-halangi, kebenaran tidak akan pernah mati.
Oleh karena itu, kita harus selalu mewaspadai cara hidup kita. Apakah kita menjadi penghalang kebenaran atau tempat bagi kebenaran bertumbuh subur?
Selamat Pagi - Tuhan Yesus Memberkati🙏
Comments