Sesudah itu berkatalah para pegawai Firaun kepadanya: “Berapa lama lagi orang ini akan menjadi jerat kepada kita?” (Keluaran 10:7)
Sesudah bertelur di musim dingin bulan September, kawanan serangga ini lazimnya bermigrasi pada Februari dan Maret. Itulah oedipoda migratoria. Namun, kali ini migrasi tersebut berbarengan dengan tiupan keras angin musim panas sirocco (angin timur) yang menerpa tanah Mesir dan menjadi petaka untuk kesekian kalinya. Itulah fenomena alam ekstrem yang dipakai Allah untuk mendatangkan tulah kedelapan atas tanah Mesir: kawanan belalang.
Baru setelah tulah kedelapan, disebutkan tentang kekerasan hati, bukan hanya Firaun melainkan para pegawainya juga (ay. 1). Padahal mereka bukan seperti Firaun yang tak mau menyerah. Mereka sebetulnya sudah jera dan mengusulkan agar tuannya membiarkan umat Israel pergi (ay. 7). Jadi, di mana letak kekerasan hati mereka? Bukankah mereka sudah menyerah? Benar, namun mereka hanya jera, bukan sadar! Mereka menganggap bencana atas negerinya bukan akibat kebebalan melawan Tuhan, namun disebabkan oleh Musa yang mereka sebut sebagai “jerat kepada kita”. Perlawanan terhadap Allah dengan menuding pihak lain sebagai sumber masalah adalah sebentuk kekerasan hati juga.
Ada kecenderungan sementara orang untuk menolak Tuhan, tetapi diekspresikan (sekaligus disembunyikan) melalui cara menyalahkan pihak ketiga. Misalnya, tak bersedia menerima Kristus dengan alasan muak melihat tingkah para pengikut-Nya. Tak lagi mau beribadah di gereja, dengan alasan tidak mendapat perhatian. Pendek kata, ada saja pihak ketiga yang dipersalahkan. Bermawas dirilah terhadap pengalihan tanggung jawab seperti ini. Bagi Tuhan, sikap ini hanya bentuk lain dari kekerasan hati.
JIKA TUHAN MENGETUK PINTU HATI SAYA,
JAWABAN SEPENUHNYA BERPULANG PADA DIRI SAYA SENDIRI!
Comments